My Profile

Sabtu, 17 Maret 2012

Hikmah Idul Adha


Semangat Persaudaraan dan Rela Berkorban, Semangat persaudaraan dan kerelaan berkorban, akan mendorong para pemimpin umat atau politisi Muslim bersatu-padu, berkoalisi, saling mengalah dan mengorbankan egosentrisme, bergerak serempak, untuk kemenangan umat Islam.
Setiap tanggal 10 Dzulhijjah, jutaan umat Islam berkumpul di Makkah untuk menunaikan puncak ibadah haji. Jutaan Muslim sedunia, dari berbagai suku, bangsa, ras, dan budaya tumpah-ruah di sana dengan pakaian yang sama, putih, dan menyeru Tuhan yang sama, yakni Allah SWT.
Godfrey H. Jansen dalam bukunya Militant Islam (1979) menyatakan, perjalanan haji merupakan salah satu vitalitas, daya hidup Islam yang besar, karena haji bukan saja merupakan tanda kehidupan Islam, tapi juga menjadi sumber kekuatan dan persatuan umat Islam sedunia.

Perjalanan haji, masih kata Jansen, merupakan suatu pengumpulan umat manusia multinasional yang terbesar di muka bumi dewasa ini. Kendati kulit mereka beragam, tetapi seragam sederhana yang mereka pakai menyebabkan jamaah haji bagaikan lautan api. Mereka seperti kupu-kupu yang keluar dari kepompongnya, berbagai warna dan ragam kostum nasional keluar lagi dan persatuan menyembah Allah memecah menjadi "Kaleidoskop Internasional".

Suasana haji adalah gabungan kehangatan agamawi dan kegembiraan persahabatan. Setiap orang adalah saudara satu sama lain, sebab semuanya sadar bahwa mereka dekat dengan Allah dan sama-sama menyeru, "Labbaika Allaahumma labbaika, labbaika laa syariika laka labbaika...!". Aku penuhi panggilan-Mu, Ya Allah, tiada sekutu bagi-Mu...!. Demikianlah, rasa persamaan, persatuan, dan persaudaraan serta sinar Islam yang menyala tiap tahun terjadi di Makkah.

Dari segi ini, haji dapat dikatakan sebagai simbol ummatan waahidatan, kesatuan umat Islam, bahkan umat manusia seluruhnya. Peristiwa ritual ibadah haji tentunya menyadarkan kita, bahwa pada hakikatnya umat manusia adalah satu keluarga. Firman Allah SWT, Dan sesungguhnya umatmu ini adalah umat yang satu dan Akulah Tuhanmu, maka bertakwalah... Tokoh Muslim Amerika, Malcolm X, berubah total pandangannya tentang Islam setelah ia menunaikan ibadah haji. Di Makkah ia bertemu dengan orang-orang dari berbagai warna kulit dan ras.

Sebelumnya, ia sangat benci terhadap orang-orang kulit putih. Di Makkah ia menyaksikan bagaimana Islam mencabut rasa benci itu dan menggantinya dengan persaudaraan. Sekembalinya dari Makkah, Malcolm kemudian mengajarkan persaudaraan, persamaan, dan memaklumatkan bahwa seluruh umat manusia harus dihormati sebagaimana adanya tanpa memandang warna kulitnya. Ibadah haji juga mengandung nilai ukhuwah Islamiyah yang pada gilirannya menuju terwujudnya kesatuan umat Islam.

Komitmen ukhuwah mengajarkan pada kita, umat Islam secara keseluruhan adalah satu kekuatan dan persaudaraan yang harus saling membela sesama mereka. Dalam kaitan ini, ada sebuah hadis yang (harus) terus kita camkan, yaitu "Barangsiapa yang tidak peduli dengan masalah yang dihadapi kaum Muslimin, maka ia tidak termasuk golonganku". Dari hadis inilah kemudian lahir konsep ihtimam, yakni kepedulian terhadap sesama Muslim. Konsep itu berkaitan erat dengan konsep ukhuwah Islamiyah.

Allah SWT telah menyatakan dengan tegas, sesama orang beriman adalah saudara. Setidaknya, sebagai pengamalan ihtimam berlandaskan komitmen terhadap ukhuwah Islamiyah, kita turut merasakan apa yang diderita oleh saudara-saudara kita seiman. Nabi SAW mengatakan bahwa sesama Muslim adalah satu tubuh, bila satu bagian sakit maka bagian lainnya turut merasakan. Ibadah Qurban Pada setiap Idul Qurban atau Idul Adha, umat Islam juga diharuskan menyembelih hewan kurban.

Sebagai salah satu unsur syariat Islam, ibadah kurban merupakan perwujudan rasa syukur kepada Allah SWT. Dan, dari segi maknanya saja dapat diketahui bahwa kurban yang dalam bahasa Arab berarti dekat atau mendekati dimaksudkan pula sebagai upaya mendekatkan diri (taqarrub) pada Allah SWT. Firman-Nya, Sesungguhnya Kami telah memberimu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang yang membenci kamu, dialah yang binasa. (QS. 108:1-3) Asal usul ibadah kurban dalam Islam bermula dari peristiwa kurban Nabi Ibrahim a.s. bersama putranya, Nabi Ismail a.s.

Namun, usia ibadah kurban sendiri bisa dikatakan sama tuanya dengan sejarah umat manusia. Karena, ibadah kurban untuk pertama kalinya dilakukan oleh dua putera Nabi Adam, Habil dan Qabil (QS. Al-Maidah:27). Melalui perintah kurban, Islam menanamkan atau mengajarkan umatnya agar berjiwa rela berkorban apa saja demi baktinya pada Allah SWT. Peristiwa pengurbanan Nabi Ibrahim hanyalah gambaran bagaimana kurban harus dilakukan.

Esensi dari cerita itu adalah bagaimana Ibrahim rela mengurbankan anak yang dicintainya sekalipun demi baktinya pada Allah SWT. Ibadah kurban mengajarkan pada kita, segala apa yang kita miliki adalah milik Allah SWT yang dititipkan pada kita sebagai amanah. Maka, ketika Allah SWT memerintahkan kita untuk mengurbankan apa yang kita miliki itu, tidak alasan untuk menolaknya. Apalagi, seperti ditegaskan dalam QS. 108:1-3 di atas, Allah SWT telah memberi kita nikmat yang banyak, hingga tidak sanggup kita untuk menghitungnya.

Sebagai rasa syukur, kita diperintahkan untuk shalat dan berkurban. Ibadah kurban pada hakikatnya adalah manifestasi kesadaran diri akan eksistensi hidup ini, di mana segala yang kita miliki merupakan milik Allah SWT yang harus rela dikurbankan jika Allah SWT menghendaki. Dengan demikian, jiwa, harta, dan segala yang kita miliki bukanlah tujuan, melainkan sebagai alat untuk berjuang dan mengabdi pada-Nya. Keimanan, keikhlasan, dan ketakwaan adalah ruh ibadah kurban.
Tidak ada artinya berkurban tanpa adanya ketiga hal tersebut. Allah SWT telah menegaskan, bukan darah atau daging yang sampai pada-Nya, melainkan ketakwaan. Ibadah kurban juga mengajarkan kerelaan mengurbankan kepentingan diri sendiri demi bakti pada Allah SWT. Riwayat Ibrahim mengajarkan itu ketika ia harus bertarung melawan rasa cintanya pada Ismail demi memenuhi perintah Allah SWT. Ibrahim mengajarkan kita untuk menjadi orang yang memasrahkan diri sepenuhnya pada Allah SWT.

Perintah apa pun yang Dia berikan, tetap dilakukan untuk menggapai mardhatillah. Itulah Muslim sejati, hanya menghambakan diri pada Allah SWT (Lihat QS. Al-An'am:162-163) Akhirnya, katakan dengan kurban bakti kita pada Allah SWT, pada agama dan umat Islam, tidak hanya kurban domba atau sapi, tapi juga kurban pemikiran, tenaga, ilmu, serta kepentingan diri sendiri (egosentrisme) demi kejayaan Islam dan umatnya. Semangat persaudaraan dan kerelaan berkorban, juga akan mendorong para pemimpin umat atau politisi Muslim bersatu-padu, berkoalisi, saling mengalah dan mengorbankan egosentrisme, bergerak serempak, untuk kemenangan umat Islam dalam pemilu mendatang. Semoga! Wallahu a'lam.
sumber : republika Online

Ditulis Oleh : Endy Djubu | Artikel | Hikmah Idul Adha


Artikel Hikmah Idul Adha ini diposting oleh Endy Djubu pada hari Sabtu, 17 Maret 2012. Terimakasih atas kunjungan Anda yang telah membaca artikel ini, semoga bermanfaat untuk kita semua, Kritik dan saran nya, silahkan tulis di kotak Komentar di bawah ini, dan jangan lupa di like/suka ya.... Salam hangat dari saya 3nf1try.blogspot.com
Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Facebook

0 Comments:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

HACKING

Terbaru >>

Top Post >>

Blog Archieve >>

 

S E R V I C E ' s aLL ShArE Copyright © 2010 Endy_Djubu is Designed by 3nfitry