My Profile

Sabtu, 17 Maret 2012

Ketika Kita Singgah Sejenak


Bayangkanlah bila suatu ketika ada seseorang yang menjanjikan hadiah berupa sebuah rumah mewah lengkap dengan isinya. Begitu indah dan sempurnanya rumah itu, sehingga baru membayangkannya saja Anda sudah merasakan suatu kenikmatan dan kebahagiaan tersendiri. Rumah itu terletak di kota "A" dan anda diminta untuk pergi sendiri ke sana. Diberinya anda sejumlah ongkos untuk bekal selama perjalanan hingga sampai tujuan. Tetapi di tengah perjalanan nanti Anda diminta singgah terlebih dahulu disebuah kampung. Ya, sekedar singgah sejenak!

Sungguh termasuk orang yang malang apabila ketika sampai di kampung tersebut Anda malah terpana dan lalu menganggap kampung tersebut teramat indah. Melihat gubuk disangka istana. Melihat kolam kecil disangka danau. Bahkan melihat kue serabi anda sangka martabak spesial. Pendek kata, mata dan penilaian Anda menjadi kabur dan tertipu oleh karena keterpanaan yang menerpa.

Saking merasa senangnya Anda dengan kampung itu, sampai sampai lupa dengan pesan semula bahwa anda hanya disuruh singgah sejenak saja. Anda tinggal berlama-lama di sana dan tentu saja ongkos pemberian yang cukup untuk sampai tujuan itu malah anda habiskan di kampung itu. Akibatnya, tidak usah heran ketika yang menyuruh dan memberi ongkos akan murka tatkala mengetahui Anda ternyata tidak pergi ke kota yang diminta.

Nah, ketahuilah bahwa kota "A" itu tiada lain adalah akhirat, sedangkan kampung yang anda hanya disuruh singgah sejenak itu tak lain pula adalah kampung dunia ini.

Salahkah apabila Dia Yang Mahabaik itu, yang telah menjajikan surga Jannatun Na'im - padahal apapun yang dijanjikanNya pasti ditepati dan tidak akan meleset sedikitpun - dan tak lupa pula memberi bekal perjalanan yang cukup berupa karunia nikmat rizki, tidak menyembunyikan "kekecewaannya" melihat tingkah laku kita yang tak pandai manjaga amanah, dengan berfirman, "Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai?" (Q.S. Ar Ruum 30: 7).

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan kalau mereka mengetahui," demikian firmanNya pula. (Q.S. Al Ankabuut 29: 64)

Kebanyakan di antara kita ternyata memang gemar bertindak yang "mengecewakan" seperti itu. Kampung dunia ini sebenarnya tidak ada apa-apanya, namun sebagian besar orang ternyata terpedaya oleh keindahan fatamorgananya. Padahal, semua yang dititipkan ALLAH kepada kita, baik berupa otak, tenaga, harta, waktu, dan sebagainya, itu semua sebenarnya bukan untuk kampung dunia ini karena ia hanyalah tempat mampir atau singgah sejenak saja.

Dunia tak lebih sekedar tempat transit belaka kendatipun untuk ini ALLAH Azza wa Jalla pasti mencukupi kita dengan rizkinya. Dengan catatan, sepanjang "ongkos" tersebut tidak dhamburkan sia-sia. ALLAH memampirkan kita di dunia ini seraya tahu persis akan segala apa yang kita butuhkan, lebih tahu daripada apa yang sebenarnya kita perlukan, kalau ongkos yang ada itu kita jadikan betul-betul untuk bekal kepulangan nanti, maka subhanallah, kita akan kaget bahwa betapa ALLAH akan mencukupi kita dengan limpahan karunianya.

Akan tetapi, sayang sebagian besar orang tidak mengerti bahwa semua yang dititipkan ALLAH itu sebenarnya untuk bekal pulang, sehingga seluruh waktunya habis tandas hanya untuk mengejar-ngejar segala hal yang bersifat duniawi. Padahal tidak akan kemana-mana dunia ini. Bukankah ketika masih berada di rahim bundapun kita tetap diberi dunia (rizki) padahal toh kita tidak berdoa, tidak shalat tidak ikhtiar ke mana pun.

Kita memang disuruh menyempurnakan ikhtiar, tetapi bukan semata-mata untuk mencari dunia. Ikhtiar kita secara sempurna pada hakikatnya untuk bekal kepulangan kita ke akhirat kelak. Jadi, jaminan dari ALLAH untuk kehidupan dunia ini sebenarnya ditujukan kepada orang yang bersungguh-sungguh menyempurnakan ikhtiarnya.

Untuk bekal kehidupan dunia ini, rejeki itu oleh ALLAH dibiarkan tergantung. Lalu, Dia seolah-olah berfirman, "Ini rejekimu, kalau engkau ikhtiar, akan kau dapatkan apa yang telah ditetapkan bagimu. Kalau ikhtiarnya di jalanKu, maka tidak hanya rejekimu yang kau dapati, tetapi pahalapun akan engkau peroleh. Itulah keberkatan untukmu; di dunia ternikmati, di akhiratpun jadi manfaat. Sebaliknya, bila ikhtiarmu itu di jalan yang Aku murkai, yakni niat maupun caranya tidak benar, maka tetaplah akan kau dapati apa yang telah menjadi bagianmu, hanya, berubah statusnya menjadi haram. Rejekinya tetap didapat tetapi tidak mengandung manfaat dan keberkahan.

Memang, ada sebagian orang yang selama hidupnya begitu sibuknya banting tulang, seakan-akan takut tidak kebagian makan. Apa yang telah diperolehnya dikumpulkannya dengan seksama demi agar anak-anaknya terjamin masa depannya.

Ada juga orang yang ketika hidup ini teramat sibuk merindukan penghargaan sehingga dia capek menata rumah, capek membeli ini itu, capek mematut-matut diri dengan motivasi semata-mata ingin dihargai orang. Disisi lain ada juga orang yang hidupnya hanya mencari kepuasan, sehingga uang yang telah dikumpul-kumpulkannya dipakainya untuk pergi melancong kemana saja yang dia suka.

Bagi orang yang tahu hakikat kehidupan ini, maka pastilah yang dicarinya itu bukan dunia, melainkan Yang Memiliki Dunia! Kalau orang lain bekerja banting tulang untuk mencari uang, maka kita bekerja demi mencari Yang Membagikan Uang. Kalau orang lain belajar ingin mencari ilmu, maka kita belajar karena mencari Yang Memberi Ilmu. Kalau orang lain sibuk mengejar prestasi demi ingin dihargai dan dipuji sesama, maka kitapun sibuk mengejar prestasi demi mendapatkan penghargaan dan pujian dari yang Yang Maha Menggerakkan siapapun yang menghargai.

Jadi jelas perbedaannya, Bagi orang yang tujuannya dunia, pasti kesibukannya hanya sebatas ingin mendapatkan itu saja.

Sedangkan bagi yang tahu ilmunya, maka yang dicari itu langsung tembus kepada pemilik dan penguasa segala-galanya. Bagi sebagian orang, tatkala membutuhkan uang, tetapi uang itu tidak didapatkan, jelas yang muncul adalah rasa kecewa. Sebaliknya bagi kita, saat membutuhkan uang, maka kita berikhtiar sekuat tenaga bukan untuk mengejar uang semata, malainkan ALLAHlah yang kita kejar. Soal dapat atau tidak dapat tak ada masalah karena ALLAH tidak akan pernah lupa memberikan karuniaNya. Kesibukan kita berikhtiar pasti sudah dicatat oleh ALLAH. Tidak ada yang rugi, tidak ada pula yang gagal.

Kalau orang bekerja karena ingin dihargai, maka bagi kita semua itu tidak ada apa-apanya karena ALLAHlah sebagai penguasa alam semesta yang menjadi tujuan segala perbuatan kita. Kadang-kadang penghargaan manusia justeru menjadi ujian bagi kita. Sebab manakala seseorang memuji kita, maka hakikatnya bukanlah karena kita layak dipuji, melainkan karena ALLAH saja yang menutupi segala aib dan keburukan kita, sehingga orang menyangka kita ini layak dipuji.

Bagi orang yang mengetahui rahasia di balik suatu kejadian, datangnya pujian itu akan membuatnya tambah malu karena itu berarti ALLAH memperlihatkan sesuatu, bahkan tidak jarang pujian itu ternyata lebih baik dari kenyataan sebenarnya yang ada pada diri kita. Kalau kita mau jujur, sungguh tidak pantas dan tidak cocok pujian itu dialamatkan kepada kita. Karenanya, janganlah lekas terpana oleh pujian manusia .

Mengapa ada orang yang bisa mendaki gunung walaupun dengan bekal dan alat seadanya? Mengapa ada orang yang berani menyeberangi lautan walaupun hanya dengan menggunakan perahu sederhana? Jawabnya, karena kekuatan terbesar adalah motivasinya. Demikian halnya kalau motivasi kita hanya sebatas dunia ini, maka tidak usah heran kalau dia akan mudah terpedaya. Akan tetapi, tidak akan pernah lelah kita mencari apapun juga karena yang kita tuju adalah Dia Yang Maha Perkasa!

Walhasil, tampaknya wajib bagi siapapun menyadari bahwa dunia ini hanya tempat singgah sejenak belaka, kalaulah ALLAH berfirman, "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan ALLAH kepadamu (Kebahagiaan) negeri akhirat, (tetapi) janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi" (QS. Al Qashas 28: 77). Maka itu semata-mata dimaksudkan agar kita pandai mensyukuri apapun yang telah dianugerahkan ALLAH kepada kita selama hidup didunia ini. Adapun kebahagiaan dan kenikmatan yang kekal dan hakiki, itulah yang akan kita dapati di akhirat.

Ditulis Oleh : Endy Djubu | Artikel | Ketika Kita Singgah Sejenak


Artikel Ketika Kita Singgah Sejenak ini diposting oleh Endy Djubu pada hari Sabtu, 17 Maret 2012. Terimakasih atas kunjungan Anda yang telah membaca artikel ini, semoga bermanfaat untuk kita semua, Kritik dan saran nya, silahkan tulis di kotak Komentar di bawah ini, dan jangan lupa di like/suka ya.... Salam hangat dari saya 3nf1try.blogspot.com
Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Facebook

0 Comments:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

HACKING

Terbaru >>

Top Post >>

Blog Archieve >>

 

S E R V I C E ' s aLL ShArE Copyright © 2010 Endy_Djubu is Designed by 3nfitry