Sesampainya Rasulullah saw dan kaum Muhajirin di Madinah, agenda yang Beliau
prioritaskan adalah memperat tali persaudaraan (muakhah) antara Muhajirin
dan Anshar. Ikatan kuat inilah yang mendasari kerukunan, kasih sayang, serta
berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan dengan pengorbanan harta benda, jiwa,
dan raga. Hal ini mereka tumpahkan hanya untuk mengharapkan keridlaan-Nya.
Bahkan, kaum Anshar senantiasa mengutamakan kaum Muhajirin, sekalipun mereka
dalam keadaan susah (QS 59:9).
Terdengarlah pada saat itu, Abdurahman bin 'Auf dari Muhajirin
dipersaudarakan dengan sahabat Sa'ad bin Rabi'. Sa'ad bin Rabi' adalah salah
seorang konglomerat Madinah. Sa'ad mempersilakan kepada Abdurrahman untuk
mengambil apa saja yang ia inginkan untuk memenuhi kebutuhannya.
Abdurrahman bin 'Auf selaku seorang sahabat yang zuhud, wara', jujur, serta
baik akhlaknya tidak serta-merta mengabulkan permohonan saudaranya ini. Ia
tidak mau menerima sesuatu tanpa didasari oleh usaha dan kerja keras untuk
mendapatkannya. Oleh karenanya, Abdurrahman meminta kepada Sa'ad untuk
mengantarkannnya ke pasar. Kepiawaian berdagang yang ia miliki tidak
disia-siakannya. Ia tidak hanya berpangku tangan untuk mendapatkan belas
kasih orang lain, selagi masih ada kemampuan untuk berusaha.
Tidak lama kemudian, karena sifatnya yang jujur, ulet, serta kerja keras,
akhirnya ia pun menjadi pedagang yang sukses, sehingga ia menjadi seorang
konglomerat yang dermawan, serta senantiasa menginfakkan hartanya demi
keberlangsungan dakwah.
Dari kisah tersebut, kita bisa memetik hikmah, di tengah-tengah himpitan
krisis ekonomi yang berkepanjangan ini, bangsa Indonesia sangat membutuhkan
semangat Abdurahman bin 'Auf-Abdurahman bin 'Auf yang baru guna menyegarkan
dan menghidupkan bangsa ini, sehingga mampu mengembalikan identitas bangsa
ini menjadi bangsa yang bermartabat di mata dunia. Karena selama ini, kita
telah kehilangan jati diri sebagai bangsa besar, disebabkan
pemimpin-pemimpinnya yang selalu berharap untuk mendapatkan bantuan dari
bangsa lain. Hal ini mengakibatkan ketergantungan rakyatnya untuk senantiasa
mendapatkan sesuatu tanpa didasari usaha.
Bukankah bangsa ini sangat kaya dengan sumber daya alamnya? Ini adalah modal
dasar yang telah kita miliki. Untuk itu, selanjutnya tinggal bagaimana kita
mampu mengolahnya. Insya Allah dengan kejujuran, keuletan, dan kerja keras
di antara kita, baik pejabat maupun rakyat, bangsa ini akan kembali menjadi
bangsa yang diperhitungkan di kancah dunia. Semoga! Wallahu a'lam.
Browse: Home > Bekerja Keras
Sabtu, 17 Maret 2012
Bekerja Keras
Sumber :
Republika Online
Artikel Bekerja Keras ini diposting oleh Endy Djubu pada hari Sabtu, 17 Maret 2012. Terimakasih atas kunjungan Anda yang telah membaca artikel ini, semoga bermanfaat untuk kita semua, Kritik dan saran nya, silahkan tulis di kotak Komentar di bawah ini, dan jangan lupa di like/suka ya.... Salam hangat dari saya 3nf1try.blogspot.com
0 Comments:
Posting Komentar