Salah satu sifat utama Rasululah SAW yang patut diteladani kaum Muslimin,
terutama oleh para pemimpin, adalah sifat rendah hati (tawadhu) yang
termanifestasikan dalam kecintaannya yang luar biasa kepada orang-orang
lemah, fakir miskin, anak-anak yatim, janda-janda tua, dan para hamba sahaya.
Beliau sering terlihat berkumpul bersama mereka, menghiburnya, berempati,
dan memecahkan serta memberikan solusi pada setiap persoalan yang mereka
hadapi. Penderitaan kamu Muslimin juga dirasakan Rasulullah sebagai
penderitaannya. Firman Allah (QS 9: 128): Sesungguhnya telah datang kepadamu
seorang rasul dari kaummu sendiri.
Berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang
mukmin. Rasulullah SAW, sang pemimpin yang rendah hati, sering menyatakan
kepada para sahabatnya, ''Jika kalian ingin mencari aku, carilah di
tengah-tengah orang miskin. Mereka semua adalah penyebab datangnya rezeki
dan pertolongan dari Allah SWT.''
Kita semua sangat prihatin dengan jumlah orang miskin di negara kita yang
terus bertambah, baik secara kuantitas maupun kualitas. Hampir setiap hari
kita membaca di media cetak maupun elektronik, orang-orang miskin yang
bersedih dan menangis tersedu-sedu karena rumah tempat tinggalnya hancur
berantakan, baik karena musibah kebakaran, musibah banjir dan longsor,
maupun karena penggusuran.
Mereka seolah-olah kehilangan harapan hidup dan merasa menjadi warga negara
yang dimusuhi dan diasingkan pemimpinnya. Di samping itu, anak-anak usia
sekolah yang tidak bisa meneruskan sekolah ternyata semakin hari bertambah
banyak jumlahnya. Demikian pula angka pengangguran.
Pada sisi yang lain, bertolak belakang dengan hal tersebut, pada setiap
pemilihan kepada daerah, kita sering mendengar berita bahwa ratusan juta
bahkan miliaran rupiah dihambur-hamburkan dan dibagikan kepada para anggota
legislatif agar memberikan suara dukungannya. Juga dibangunnya proyek-proyek
mercusuar (yang tidak secara langsung dibutuhkan oleh masyarakat banyak)
dengan biaya miliaran rupiah.
Ironi ini terjadi karena hilangnya suara hati nurani dari sebagian pemimpin
dan wakil rakyat kita. Mereka lebih asyik memikirkan dirinya dan kelompoknya
ketimbang rakyat banyak. Mereka tega menghancurkan masa depan masyarakat
yang sama artinya dengan menghancurkan masa depan bangsa, walaupun ucapan
dan kata-katanya seolah-olah mencerminkan keberpihakan.
Mempelajari keberhasilan kepemimpinan Rasulullah SAW yang salah satu inti
utamanya rendah hati dan cinta pada orang-orang miskin, maka hal ini pulalah
yang harus menjadi perhatian utama dari para pemimpin bangsa dan negara saat
ini. Jika tidak, maka keterpurukan akan semakin dahsyat terjadi menimpa
masyarakat dan bangsa kita. Kita berharap, hari ini dan ke depan, tidak ada
lagi air mata rakyat yang mengalir karena merasa dizalimi. Wallahu a'lam.
Browse: Home > Hilangnya Hati Nurani
Sabtu, 17 Maret 2012
Hilangnya Hati Nurani
Sumber :
Republika Online
Artikel Hilangnya Hati Nurani ini diposting oleh Endy Djubu pada hari Sabtu, 17 Maret 2012. Terimakasih atas kunjungan Anda yang telah membaca artikel ini, semoga bermanfaat untuk kita semua, Kritik dan saran nya, silahkan tulis di kotak Komentar di bawah ini, dan jangan lupa di like/suka ya.... Salam hangat dari saya 3nf1try.blogspot.com
0 Comments:
Posting Komentar