Luqman Alhakim adalah seorang budak hitam. Bibirnya tebal, dan kedua kakinya
melekuk, sehingga kalau berjalan tampak lucu. Meskipun demikian, dia seorang
yang arif bijaksana. Luqman tidak pernah berperilaku buruk, bahkan dalam
ucapannya. Apa yang keluar dari kedua bibirnya adalah kebijaksanaan. Ia
tidak pernah mengucapkan sesuatu pun, kecuali hal-hal yang mulia, penuh
makna dan hikmah, serta berguna. Allah mengabadikan namanya di dalam Alquran
sebagai salah satu teladan umat manusia.
Alkisah, suatu kali tuannya menyuruh Luqman agar menyembelih beberapa ekor
kambing untuk sebuah keperluan. ''Luqman, coba ambilkan untukku dua bagian
yang terbaik dari daging-daging itu,'' kata tuannya. Sejurus kemudian Luqman
datang dan menyerahkan potongan hati dan lidah.
''Sekarang, ambilkan untukku bagian yang terburuknya,'' pinta tuannya lagi.
Luqman bergegas, dan sejenak kemudian datang. Namun, lagi-lagi ia
menyerahkan potongan hati dan lidah. ''Apa maksudmu dengan ini semua, Luqman?
Mengapa yang terbaik dan terburuk sama bentuknya?'' tanya sang tuan
keheranan.
''Tuan, jika kedua bagian ini sudah baik, tidak ada lagi yang lebih baik
dari keduanya. Sebaliknya, jika kedua bagian ini sudah buruk, tidak ada lagi
yang lebih buruk dibandingkan dengan keduanya,'' jawab Luqman.
Jawaban Luqman tersebut adalah sebuah tamsil, bahwa baik buruk manusia
ditentukan oleh dua bagian itu, yakni hati dan mulut. Baik buruk isi hati
kita, baik buruk ucapan kita, sangat menentukan citra kemanusiaan kita di
hadapan orang lain.
Tentang mulut, Nabi saw seringkali mewanti-wanti agar menjaganya dengan
sungguh-sungguh karena ia paling berpotensi mencelakakan kita. ''Siapa yang
beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka berbicaralah hanya yang baik-baik.
Jika tidak sanggup, sebaiknya diam.'' Sabda beliau di kali yang lain, ''Cukuplah
seorang menjadi penduduk neraka, ketika ia tidak bisa menjaga lisannya.''
Berkenaan dengan itu pula, Ali bin Abi Talib berkata, ''Berbahagialah orang
yang bisa menahan kelebihan mulutnya dan menginfakkan kelebihan hartanya''.
Ketika perpolitikan sedang hangat seperti yang tampak hari-hari ini, lazim
banyak orang senang berbicara muluk-muluk, mengobral janji-janji manis
kepada khalayak, demi menarik simpati. Entah sudah berapa kali janji-janji
muluk nan manis itu hanya omong-kosong belaka, yang membuai kita untuk
sesaat. Benar kata Nabi saw, ''Sesungguhnya dalam perkataan itu sihir.''
Agaknya kita mesti menganut satu prinsip saja, bahwa baik buruk seorang
tokoh, baik ormas, maupun orsospol, bisa dilihat dari usaha mereka menjaga
mulutnya, seberapa jauh mereka bisa menepati janji-janjinya kepada publik,
baik yang lalu, maupun mendatang.
Sumber :
Republika Online
Browse: Home > Jaga Mulut
Sabtu, 17 Maret 2012
Jaga Mulut
Artikel Jaga Mulut ini diposting oleh Endy Djubu pada hari Sabtu, 17 Maret 2012. Terimakasih atas kunjungan Anda yang telah membaca artikel ini, semoga bermanfaat untuk kita semua, Kritik dan saran nya, silahkan tulis di kotak Komentar di bawah ini, dan jangan lupa di like/suka ya.... Salam hangat dari saya 3nf1try.blogspot.com
0 Comments:
Posting Komentar