''Tiada kebaikan dalam hidup ini, kecuali bagi orang-orang yang mau
mendengar dan menyadari, atau orang berilmu dan berkata benar. Wahai manusia,
sesungguhnya kalian berada pada masa yang diliputi kemelut. Sungguh bersama
kalian waktu berjalan begitu cepat. Niscaya kalian saksikan malam dan siang
silih menguji dengan segala hal yang baru, menjadikan dekat semua yang jauh
seraya menggulirkan setiap yang dijanjikan Allah.'' Demikian bagian kalimat
penuh hikmah yang diucapkapkan Nabi Muhammad saw dalam suatu kesempatan
khutbah di hadapan para sahabat, sebagaimana telah diriwayatkan oleh Imam
Al-Askary.
Setelah menyimak dengan kebeningan hati atas sabda itu, betapa membuat kita
tertegun menjumpai kebenaran yang terpancar darinya. Realitas hidup yang
kita hadapi serta kondisi-kondisi yang kita terlibat di dalamnya, berlaku
penuh sebagaimana sinyalemen Nabi yang dituturkan berabad lampau. Kenyataan
ini sekaligus menjadi salah satu bukti kebenaran kenabian Muhammad saw.
Kita dihadapkan pada suatu kemelut yang tidak seorang pun terbebas dari hal
itu. Waktu seakan tidak lagi memberi kesempatan untuk menentukan pilihan
besok atau lusa. Malam dan siang secara bergantian menghadirkan cobaan pun
ujian bagi konsistensi iman. Sementara itu, dunia tidak lagi memisahkan
jarak jauh atau dekat. Namun, di sana tiada tersisa kebaikan, tidak pula ada
kearifan, kecuali bagi seseorang yang bersedia mendengar, menginsyafi, atau
mereka yang menggunakan ilmunya untuk menyampaikan kebenaran.
Segera setelah Nabi menyampaikan khutbahnya itu, sahabat Miqdad bertanya
tentang maksud kemelut. Beliau lalu menjawab, ''Bencana yang tiada
putus-putusnya. Manakala itu terjadi, berbagai urusan yang merupakan
kewajiban atas kalian menjadi begitu kabur, bagaikan bagian malam yang gelap
gulita.''
Sesungguhnya kemelut dengan makna yang diungkap Rasul Allah itu benar-benar faktual kita alami. Orang-orang yang membutakan mata hati dan pikirannya mustahil dapat merasakannya. Usaha apa pun yang kita lakukan untuk keluar dari kemelut ini tidak mungkin akan mendatangkan hasil, kecuali bila kita bersedia mengikuti petuah Nabi nan mulia, yaitu pengerahan segala daya upaya untuk merealisasikan Alquran di tengah kehidupan. Hanya dengan sikap konsisten di atas tuntunan dan pengarahannya, kita dapat keluar dari kemelut.
Sumber : Republika Online
0 Comments:
Posting Komentar