Ummu Salamah, istri Rasulullah Saw, menceritakan ada dua orang laki-laki
saling berselisih dan memperebutkan harta warisan. Keduanya sama-sama tidak
memiliki keterangan sebagai bukti, kecuali pengakuan mereka semata. Dengan
rasa egoisme yang tinggi, masing-masing mengklaim bahwa dirinyalah yang
berhak atas harta warisan itu. Kemudian mereka meminta Rasulullah Saw agar
memutuskan perkaranya.
Rasulullah Saw bersabda, ''Sesungguhnya aku ini manusia. Kalian berselisih
dan meminta keputusan kepadaku. Boleh jadi salah seorang di antara kalian
lebih pandai dan lancar bicaranya dalam memberikan alasan daripada yang
lain. Sehingga, aku memberi keputusan dengan memenangkannya berdasarkan apa
yang aku dengar darinya.
Jika aku memenangkan seseorang di antara kalian tidak sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya, maka hendaklah ia tidak mengambil sedikit pun dari harta
itu. Sebab, dengan demikian berarti aku telah memberi api neraka kepada
orang yang aku menangkan.''
Setelah mendengar sabda Rasulullah itu, maka terketuklah hati masing-masing,
tergetarlah iman keduanya, dan tumbuhlah dalam jiwa keduanya perasaan takut
kepada Allah dan siksa-Nya di akhirat. Akhirnya, kedua orang yang beperkara
itu menangis, masing-masing berkata kepada yang lain, ''Aku berikan milikku
kepadamu, sekarang ambillah.'' Melihat hal itu, Rasulullah Saw bersabda, ''Jika
kalian berdua hendak berbuat demikian, maka bagilah dan lakukanlah dengan
sebenarnya.''
Lalu, masing-masing di antara mereka saling membagi harta warisan itu. Dan,
keduanya saling memaafkam kalau ada yang lebih atau yang kurang dari hak
masing-masing. Egoisme atau sifat mementingkan diri sendiri merupakan suatu
watak dasar manusia yang pengaruhnya sangat besar terhadap sikap dan
tindakan manusia.
Watak inilah yang banyak menjadikan manusia saling berebut kekayaan dan
kekuasaan, yang akhirnya menimbulkan perselisihan, permusuhan, perampasan
hak, penguasaan harta dengan cara yang batil, persekongkolan untuk saling
menjatuhkan, dan tindakan-tindakan lainnya yang melahirkan konflik
horizontal berkepanjangan di tengah-tengah kehidupan manusia.
Konflik horizontal yang lahir dari watak egoisme, selamanya tidak akan dapat
diselesaikan hanya dengan hukum dan undang-undang buatan manusia semata,
kecuali dengan iman yang benar. Iman yang benar itu, menurut ulama besar
az-Zujaj, yaitu iman yang melahirkan sikap ketundukan, kepatuhan, serta
kesediaan untuk menerima syariat Islam, termasuk apa saja yang disampaikan
Rasulullah Saw.
Dengan iman yang benar, seseorang akan bersikap dan bertindak sesuai fitrah
dan hati nuraninya, serta mengembalikan semua penyelesaian persoalan pada
kebenaran hakiki, yaitu kebenaran dari Allah. Firman Allah SWT: "Kebenaran
itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk
orang-orang yang ragu." (Al-Baqarah: 147).
Browse: Home > Kekuatan Iman
Sabtu, 17 Maret 2012
Kekuatan Iman
Sumber :
Republika Online
Artikel Kekuatan Iman ini diposting oleh Endy Djubu pada hari Sabtu, 17 Maret 2012. Terimakasih atas kunjungan Anda yang telah membaca artikel ini, semoga bermanfaat untuk kita semua, Kritik dan saran nya, silahkan tulis di kotak Komentar di bawah ini, dan jangan lupa di like/suka ya.... Salam hangat dari saya 3nf1try.blogspot.com
0 Comments:
Posting Komentar