Dari Abi amr, jarir ibnu abdillah rodiyallahu anhu, telah bersabda
Rosullullah SAW: Barang siapa di dalam Islam berbuat amal kebaikan maka
padanya balasan pahala, dan pahala orang yang mengikuti sesudahnya tanpa
mengurangi pahalanya sedikit pun, dan barang siapa di dalam Islam berbuat
amal keburukan maka padanya balasan dosa, dan dosa orang yang mengikutinya
sesudahnya tanpa mengurangi dosanya sedikit pun (Muslim).
Keberkahan yang amat besar dan kenistaan yang amat besar pula bagi manusia,
apabila benar-benar merenungi hadits ini. Betapa tidak, dalam kehidupannya
manusia hanya diliputi oleh dua perbuatan, yaitu perbuatan baik dan
perbuatan buruk. Tanpa kita sadari perbuatan baik kita dapat berimbas
kebaikan bagi orang lain, tapi di lain pihak perbuatan buruk kita dapat
berefek merugikan bagi orang lain.
Seandainya kita masih dapat mengingat kembali dan menghitung perbuatan kita,
kemudian dengan itu kita dapat mengetahui berapa keburukan dan kebaikan yang
harus ditambahkan pada pahala dan dosa kita. Karena kebaikan yang telah kita
lakukan telah banyak dicontoh orang lain sehingga membawa kemaslahatan bagi
semua orang.
Selain itu juga kita harus berpikir dari sekian ribu keburukan yang telah
kita lakukan, berapa banyak keburukan yang telah dicontoh orang lain,
sehingga menjadikan koleksi dosa yang harus di pertanggungjawabkan semakin
banyak.
Timbulnya contoh yang buruk dapat menyebabkan hancurnya tatanan keteladanan.
Padahal keteladanan adalah kunci utama untuk memperbaiki akhlak. Kekuatan
keteladanan lebih dapat diterima orang lain daripada sekadar nasihat-nasihat
kosong tanpa implementasi. Setiap orang yang dinasihati pasti akan mencoba
menilai perbuatan orang yang menasihati sebelum menerima wejangannya.
Keberhasilan Rosulullah SAW dapat kita jadikan landasan dasar dari sikap
tersebut. Dalam berdakwah beliau tidak hanya melemparkan wacana kosong
kepada orang yang di dakwahi. Lebih dari itu beliau langsung menjadikan
nasihat-nasihat beliau sebagai cara kehidupan beliau. Sehingga tidak ada
celah sedikit pun untuk menelaah sikap beliau yang tidak sesuai dengan
perkataannya.
Contoh keburukan yang terus diikuti akan menjadi suatu masalah yang kompleks. Satu orang yang melalukan kemudian diikuti satu orang lain sehingga menjadi kumpulan komunitas yang melakukan sebuah aktivitas yang sama. Terkadang kita tidak pernah tahu siapa yang memulai dan sampai kapan perbuatan itu akan berlanjut.
Adalah Abu Al-hasan Al-asy`ary salah satu penganut aliran mu`tazilah yang sebelum akhir hayatnya bertaubat kemudian kembali berpedoman kepada sumber yang dapat dipercaya, yakni Alquran dan As-sunah. Beliau meniggalkan keragu-keraguannya dalam membela assunah dan menjelaskan akidah yang baik. Di hari beliau meninggal atas jenazahnya di kumandangkan: "Hari ini telah meninggal seorang tokoh pendukung As-sunah".
Sikap Abu Alhasan Al-asyary ini merupakan contoh dari pengakuan seorang terhadap kesalahannya. Dan diumumkan kepada halayak luas agar kesalahan yang telah diperbuat tidak diikuti orang lain, karena dapat menjadi sumber keburukan bagi orang lain. Beliau memutus rantai estafet yang beliau mulai dengan maksud menghilangkan dosa yang akan dibuat oleh para pengikutnya yang akan menjadi tanggung jawab beliau.
Seorang yang menjadi sumber kebaikan dan suri teladan bagi orang lain akan menerima balasan yang berlipat ganda. Begitu juga sebaliknya tanggung jawab seorang yang berbuat buruk kemudian perbuatan itu diikuti orang banyak, dosa dari semua yang mengikuti akan ditanggung oleh si sumber perbuatan, seperti ada pepatah yang berbunyi: Siapa yang menabur benih maka bersiaplah untuk menuai hasilnya kelak. Wa Allahu a`lam bishawaf.
0 Comments:
Posting Komentar