Semoga Allah yang Mengenggam langit dan bumi, membuka
pintu hati kita semua agar dapat memahami hikmah dibalik kejadian apapun yang
menimpa dan semoga Allah membimbing kita untuk bisa menyikapi kejadian apapun
dengan sikap terbaik kita
Saudaraku,negeri kita kini benar-benar sedang berduka dimana telah terjadi
musibah yang memilukan di Bali yang telah memakan korban 171 Orang tewas, 100
ruko terbakar, 25 mobil hancur.Kita benar-benar merasa prihatin, seluruh ummat
Islam serta masyarakat Indonesia benar-benar prihatin atas kejadian ini, kami
tidak bisa menerima kekejian - kekejian seperti ini,kepada saudara-saudaraku
yang berada di Bali atau di tempat yang terkena musibah,semoga tetap diberikan
karunia kepala yang dingin sehingga dapat berpikir jernih supaya musibah ini
tidak menjadi musibah-musibah lainnya dan semoga aparat dengan bimbingan Allah
dengan segera dapat menemukan siapa biang kedzaliman seperti ini.
Memang dengan adanya isu terorisme di dunia ini yang secara tidak langsung benar
atau tidak benar mengarah ke negeri ini akan menjadi cobaan bagi kita,oleh
karenanya kewaspadaan harus kita tingkatkan agar tidak termakan isu yang hanya
akan menyebabkan negeri kita menjadi ambruk oleh sikap kita sendiri.
Saya percaya sepenuhnya bahwa tidak mungkin orang yang beriman akan berperilaku
keji seperti ini, mestilah yang berbuat kekejian seperti ini adalah orang yang
menginginkan kerusakan bagi kita semua.Bali adalah propinsi yang dikenal aman
sehingga sering dikunjungi oleh wisatawan dari mancanegara ,tetapi dengan
diledakkan bom disana yang memakan korban begitu banyak orang asing tentu akan
memojokkan negeri kita ini.
Dengan adanya kejadian ini, bagi ummat Islam di Indonesia dan juga umat lainnya
benar-benar diharapkan akan menjadi momentum yang baik untuk saling memperat
persaudaraan, bergandengan tangan, jangan sampai kejadian ini justru memecah
belah kita, karena kalau kita pecah, tidak akan lagi kekuatan.
Semoga Allah yang Maha Tahu benar-benar menolong kita semua untuk mengetahui
siapa dibalik kekejian ini. Mungkin bagi yang menginginkan kehancuran ummat ,kehancuran
negeri,yang dengan sengaja melakukan perbuatan seperti ini mereka berharap nama
baik negeri kita semakin tercoreng, umat Islam juga mungkin akan dijadikan
sasaran Naudzubillahi Mindzalik.
Namun demikian jangan pernah kita bertindak emosional sehingga kita terjebak dan
justru hanya akan memperparah masalah. Mudah-mudahan saudara-saudaraku di Bali
dan juga di Sulawesi yang ditimpa musibah diberikan kesabaran dan kesanggupan
untuk terus menerus bertindak tepat sehingga memudahkan penyelesaian masalahnya,
dan semoga kejadian ini dapat mempererat kebersamaan seluruh anak bangsa agar
kita tidak menjadi hancur karena provokasi orang-orang yang keji.
Saudara-saudaraku sekalian, Alhamdullilah saat melakukan kunjungan ke Poso
beberapa waktu yang lalu dari pengamatan di udara tampak betapa Masjid yang
terbakar, Gereja yang hangus, rumah-rumah yang hancur, ladang dan toko yang
rusak, kaum muslimin yang kehilangan ayah, istri, anak disatu sisi lain kaum
Nasrani yang kehilangan ayah, suami ,istri ,anak, suasana pada waktu konflik
begitu mencekam, hari-hari pada waktu konflik begitu penuh
ketegangan.Pertanyaannya siapakah yang beruntung dari kerusakan seperti ini ?
Alhamdullilah, dengan pertolongan Allah dan kebaikan bapak-bapak Polisi, Bupati
dan juga undangan dari pendeta di Tentena (sebuah lingkungan yang mayoritas
Nasrani), dengan pembicaraan yang dilakukan dari hati ke hati ternyata lebih
mudah dipahami dibandingkan jika pembicaraan yang dilakukan oleh otot ke otot.
Saudaraku yang paling kita butuhkan di negeri ini adalah kedamaian,alam negeri
kita sangat kaya dan tidak akan bisa kita kelola jikalau waktu kita habis untuk
bertengkar, jangankan sebuah Negeri, di rumah pun yang kita bangun dengan kasur
yang empuk, acesories rumah yang mahal, tidak akan ternikmati andaikata suami
dan istri sibuk bertengkar, tidak akan bahagia jika orang tua dan anak selalu
bertengkar,di kantor tidak akan nyaman jika karyawan dan direksi atau manajemen
bertengkar, apa yang bisa diperoleh dari pertengkaran ?
Mengapa kita bertengkar ? Salah satu penyebabnya adalah karena kita belum
terbiasa menyikapi perbedaan dengan cara yang paling tepat, kita sering melihat
perbedaan itu sebagai permusuhan, mental kita belum siap melihat perbedaan, beda
pendapat sering dianggap perlawanan atau ancaman akibatnya setiap orang lebih
sibuk membela pendapatnya sendiri.
Pertengkaran rumus dasarnya adalah ketika setiap orang membenarkan pendapatnya,
setiap kelompok membenarkan ,ini merasa benar, itu merasa benar, kita ambil
contoh; seorang anak merasa benar, bahwa memilih sekolah harus sesuai dengan
pilihan anak,sedangkan orang tua merasa benar dengan memilihkan jodoh atau
sekolah untuk masa depan anak,akibatnya terjadi pertengkaran, setiap orang yang
tidak terlatih untuk bisa memahami pendapat orang lain hasilnya adalah emosional.
Semua pertengkaran diawali dengan pembenaran,ketika terjadi tawuran antar
kampung dengan saling melempar batu, saling melempar bom molotov, salah satu
pihak merasa benar sehingga pihak lain merasa berhak pula untuk membalas karena
sama pula merasa benar, akibatnya pembalasan itu akan setimpal, saling menyerang,
rumah sama-sama terbakar, banyak yang terluka, cacat, terbunuh,akibatnya
hari-hari yang dilalui penuh ketegangan,anak-anak tidak bisa sekolah lagi, tidak
bisa mencari nafkah, apa yang diuntungkan? Hidup di dunia hanya satu kali
saudaraku, dan belum tentu kita panjang umur, haruskah hidup yang sekali-kalinya
ini sengsara karena permusuhan diantara kita.
Kita harus berbuat banyak untuk mencapai kedamaian, kalau tidak damai tidak ada
yang bisa dinikmati, tidak nyaman, sekolah tegang, dijalan tegang, guru was-was,
orang tua melepas anak cemas. Kita harus bertekad program terpenting kita
sekarang adalah belajar untuk tidak bertengkar; ibu-ibu belajar untuk tidak
bertengkar dengan suami, berani mengalah untuk tidak bertengkar,bapak berani
mengalah kepada istri untuk tidak bertengkar, mulailah dari diri sendiri,
InsyaAllah kedamaian akan dinikmati.
Kita harus mengawali untuk menyelamatkan dan merubah bangsa ini, dengan
mengawali dari diri sendiri, sehebat apapun kita ingin bangsa ini berubah, kita
ingin umat berubah, kita ingin keluarga berubah, kita ingin anak berubah, tidak
akan bisa kalau kita tidak merubah diri.Silahkan bapak memberi nasehat kepada
ibu dengan memberikan nasehat yang terbaik, tidak akan efektif kalau bapak tidak
memperbaiki diri ! ibu memberi nasehat kepada anak sampai bibir berbusa tidak
akan efektif kecuali kalau ibu memperbaiki diri.
Sekarang kita terlalu banyak memikirkan orang lain yang berubah sampai tidak ada
waktu untuk merubah diri. Para komandan, para pimpinan, ingin prajuritnya
berubah, tidak akan terjadi sebelum para pemimpinnya merubah diri.
Jika seorang komandan ingin pasukan berubah maka komandannyalah yang harus
berubah. Bagaimana mungkin memerintahkan prajurit, hidup bersahaja, kalau
pimpinan tidak bersahaja, jangan menyuruh orang lain,sebelum menyuruh diri,
jangan melarang orang sebelum melarang diri sebab yang disuruh, memiliki mata,
telinga dan pikiran, setiap orang yang berbeda antara perkataan dan perbuatan
akan jatuh wibawanya walaupun kita tidak berkata tetapi kalau kita gigih
memperbaiki diri itu sudah berdampak sudah banyak.
Kepada para pimpinan misalkan jika saya, seorang gubernur, ingin masyarakat
berubah, tentu kita harus bertanya sudah memberi contoh apa kita untuk
masyarakat ? Saya ingin masyarakat sholeh? Sudah sholehkah yang bicaranya ?
Ingin masyarakat akur ? pertanyaannya ,sudah akurkah saya dengan istri? akur
tidak dengan anak? Maaf ini bukan menggurui para gubernur ? ini hanyalah sebuah
cerita di negara antah berantah.
Kalau saya seorang guru ingin merubah murid , mau merubah apa ? Pertanyaan
seorang guru, Saya memberi contoh apa pada murid-murid? Murid merokok?
Pertanyaannya saya merokok tidak?Bagaimana murid tidak merokok kalau gurunya
merokok. Maaf misalnya saya seorang guru, kenapa murid mengganja ? Mungkin
awalnya merokok , Kenapa murid merokok? Saya yang memberikan contoh. Oleh karena
itu Ibda binafsik mulailah dari diri sendiri. Bukankah konsep kita ada
tiga :
1. Mulailah dari diri sendiri
2. Mulailah dari hal yang kecil
3. Mulailah saat ini juga
Apa yang harus kita lakukan? kita harus berlatih untuk meminimalisir konflik
dengan empat rumus :
1. Kita harus belajar bijak terhadap kekurangan dan kekurangan orang lain; Tidak
setiap orang berbuat salah , ada yang salah karena tidak tahu itu salah, ada
yang salah dia tahu tapi belum sanggup menghindar, ada yang salah karena
terpaksa, ada yang salah karena memang sering bikin kesalahan.
2. Kalau kita ingin enak bergaul dengan orang lain kita harus senang mengingat
kebaikan dan berani mengakui kelebihan orang lain ; Kita ambil contoh seseorang
,ketika seorang anak marah kepada ibunya, cobalah untuk menuliskan kekurangan
ibu, setelah selesai cobalah untuk menuliskan kebaikannya, apa yang ditulis ?
kita di dalam perut ibu selama sembilan bulan,ibu kita untuk berdiri sulit,
berbaring sakit, berjalan berat ,ketika melahirkan bersimbah darah sudut antara
hidup dan mati, ketika bayi…… sepanjang hari, sepanjang malam ibu senantiasa
menungu,ketika kita pipis dan mengenai baju ibu, ibu kita tetap rela,apalagi
kalau kita sakit seakan tidak boleh satu nyamuk pun menyentuh tubuh ini, waktu
kita sekolah ibu sampai hutang bapak pinjam uang, agar kita punya sepatu, agar
kita bisa sekolah.Semakin banyak kebaikan yang kita pikirkan Insya Allah akan
membuat semakin lunak hati ini, semakin banyak keburukan yang kita kumpulkan
semakin dendam kesumat diri ini. Masalahnya kita itu sering lebih sibuk melihat
kejelekan daripada kebaikan. Tidak adil saudaraku, kita tidak bergaul dengan
setan, pasti ada kebaikannya, kita tidak bergaul dengan malaikat, pasti ada
kejelekannya, maka marilah senang melihat kebaikan orang lain.
3. Kita harus mulai untuk melupakan jasa dan kebaikan dir
; Semakin kita ingin dihargai, semakin kita ingin dihormati, semakin kita ingin
dipuji, semakin kita banyak sakit hati hanya akan menyengsarakan kita , oleh
karena itu lupakanlah……. Allah Maha Melihat semakin kita merasa berjasa hanya
akan menyebabkan sakit hati,saudaraku pujian manusia kecil, pujian Allah-lah
yang kekal,Pujian Allah mulia dunia akherat.
Wahai saudara-saudaraku para pembela umat marilah kita melupakan jasa-jasa kita,
tidak mengapa orang lain tidak ada tahu, Aa terkenang dengan nasehat Bung Hatta
semoga Allah memuliakan beliau, jadilah seperti garam dilautan, asin terasa tapi
tidak kelihatan, jangan seperti gincu kelihatan tapi tidak terasa, kita harus
memulai berbuat sesuatu seperti beton, mengokohkan tanpa harus kelihatan,
seperti jantung, siang malam kerja tanpa kelihatan ,kita tidak akan sukses kalau
tiap kelompok ingin menonjolkan diri, pemilu yang akan datang sebaiknya partai
jangan sibuk menonjolkan diri tapi menonjolkan kebersamaan Insya Allah akan
berbuah kesuksesan.
4. Marilah kita sibuk melihat kekurangan diri sendiri sebelum melihat kekurangan
orang lain; Sehebat apapun perkataan kita tidak akan ada harganya kalau kita
tidak memperbaiki diri.
Wallahu A'lam.