Rasulullah Saw pernah mengutus Abdullah Ibn Rawahah ke Khaibar--kawasan kaum
Yahudi--untuk menaksir hasil kebun kurma di sana. Beliau sebelumnya telah
memutuskan bahwa hasil bumi Khaibar dibagi dua: setengah untuh kaum Yahudi,
setengahnya untuk kaum Muslim. Setengah bagian itulah yang Rasul kehendaki
agar Abdullah memperkirakan dan mengambilnya sebagai hak bagi orang-orang
Muslim.
Ketika Abdullah Ibn Rawahah menunaikan tugas, sejumlah orang Yahudi
mendatanginya sembari membawa aneka perhiasan yang sengaja mereka kumpulkan.
Mereka membujuk Abdullah seraya berkata, ''Perhiasan ini kami berikan untuk
Anda, ringankanlah kami, dan berilah untuk kami bagian lebih dari separuh.''
Atas bujukan itu, Abdullah dengan tegas menjawab, ''Wahai kaum Yahudi, demi
Allah, di hadapanku kalian benar-benar tergolong makhluk yang paling dibenci
Allah.
Tidak sekali-kali aku akan membawa apa yang kalian sodorkan, agar aku
meringankan suatu yang menjadi kewajiban kalian, sebab apa yang kalian
tawarkan berupa suap itu sesungguhnya suatu yang haram. Kami, kaum Muslim,
tidak memakan harta haram.'' ketika mendengar jawaban Abdullah, serentak
mereka berkata, ''Lantaran demikian itulah langit dan bumi tetap tegak.''
Kisah yang diriwayatkan oleh Imam Malik ini merupakan fragmen sejarah yang
mengungkap sebagian dari karakter orang Yahudi. Sebenarnya, mereka bukan
kaum yang tidak tahu kebenaran. Bukan pula buta tentang urgensi penegakan
hukum dan peraturan. Mereka sengaja mencampakkannya. Mereka justru lebih
antusias melakukan sesuatu yang mendatangkan keuntungan nyata. Mereka tidak
peduli bahwa untuk meraihnya itu ditempuh dengan cara melanggar hukum.
Di sisi lain, mereka mengakui sepenuhnya bahwa berpegang pada kebenaran dan
sikap konsisten dalam penegakkan hukum dan menjauhi hal-hal yang diharamkan
dalam hubungan antar sesama adalah yang menjamin terwujudnya kesejahteraan
umat manusia. Ungkapannya kepada Abdullah--setelah mengetahui keteguhan
sikapnya itu--merupakan sebuah pesan moral yang bernilai universal.
Tetap tegaknya langit dan bumi adalah kiasan yang dapat dimaknai
terpeliharanya kehidupan dari berbagai krisis yang membawa nestapa dan
keterpurukan. Hal itu hanya akan terwujud manakala orang-orang yang diserahi
mengatur urusan masyarakat (penguasa dan aparatnya) itu menjalankan
amanahnya.
Sebaliknya, ketika peraturan tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya, langit
dan bumi akan runtuh. Apabila hal itu menimpa suatu negeri, kekisruhan
bermunculan di mana-mana. Kesejahteraan akan menjauh.
Betapa orang-orang Yahudi benar-benar mengakui sesuatu yang secara empiris
terjadi dalam kehidupan umat manusia. Sejatinya itu adalah pengakuan akan
kebenaran ajaran Islam.
Sumber : Republika Online
Browse: Home > Pengakuan Kaum Yahudi
Sabtu, 17 Maret 2012
Pengakuan Kaum Yahudi
Artikel Pengakuan Kaum Yahudi ini diposting oleh Endy Djubu pada hari Sabtu, 17 Maret 2012. Terimakasih atas kunjungan Anda yang telah membaca artikel ini, semoga bermanfaat untuk kita semua, Kritik dan saran nya, silahkan tulis di kotak Komentar di bawah ini, dan jangan lupa di like/suka ya.... Salam hangat dari saya 3nf1try.blogspot.com
0 Comments:
Posting Komentar